Meski belum dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia menggantikan pemerintahan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin, namun beberapa lembaga keuangan internasional justru sudah mengambil sikap skeptis dengan arah kebijakan fiskal yang akan diambil oleh pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Pada umumnya, lembaga keuangan internasional itu mengungkapkan kekhawatiran mereka akan dampak yang ditimbulkan jika program Prabowo Gibran direalisasikan. Pasalnya, mereka menganggap jika kebijakan makan bergizi atau yang sebelumnya dikenal dengan makan siang gratis dan susu gratis akan berpotensi membuat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan makin besar.
Ketidak Pastian Jangka Pendek
Salah satu lembaga keuangan internasional yang mengkritisi kebijakan pemerintahan Prabowo Gibran adalah Morgan Stanley. Perusahaan keuangan terkemuka asal Amerika Serikat (AS) itu belum lama ini mengungkapkan rasa khawatir mereka terhadap arah kebijakan fiskal yang akan ditempuh oleh pemerintahan Prabowo – Gibran.
Dalam sebuah dokumen yang diberikan kepada investor, salah satu ahli strategi dari Morgan Stanley mengungkapkan jika pihaknya melihat adanya ketidakpastian jangka pendek pada kebijakan fiskal yang akan dilakukan oleh pemerintahan Prabowo kedepannya.
“Kami melihat ketidakpastian jangka pendek terkait arah kebijakan fiskal ke depan,” tulis ahli strategi Morgan Stanley itu.
Dalam dokumen yang sama, Morgan Stanley juga menyoroti potensi beban yang ditanggung oleh APBN akan semakin besar sebagai imbas dari program yang telah dijanjikan oleh Prabowo Gibran pada saat kampanye lalu.
Di sisi lain, membengkaknya anggaran belanja negara ini tidak didukung dengan pendapatan negara yang diyakini tidak akan tumbuh secara signifikan. Jika kedua hal ini terjadi, bisa dipastikan akan membuat defisit APBN pada pemerintahan mendatang menjadi semakin membengkak.
Hal inilah yang kemudian mendorong Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia di pasar Asia dan emerging markets menjadi “underweight”. Ini berarti proyeksi saham Indonesia dinilai akan berkinerja lebih buruk jika dibandingkan dengan rata-rata saham yang berada di pasar yang sama secara keseluruhan.
Atensi Bank Dunia
Penilaian dari Morgan Stanley ini semakin menegaskan sikap skeptis dari lembaga keuangan internasional terhadap kas negara diera pemerintahan Prabowo Gibran mendatang. Pasalnya, beberapa waktu yang lalu hal serupa juga diungkapkan oleh World Bank (Bank Dunia) yang turut menaruh atensi besar pada arah kebijakan fiskal pemerintahan Prabowo.
Satu Kahkonen selaku Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste mengungkapkan jika pihaknya mewanti-wanti adanya potensi pembengkakan defisit anggaran negara yang diakibatkan oleh program makan siang dan minum susu gratis yang dicanangkan Prabowo Gibran.
Ia juga mengatakan jika pemerintahan mendatang harus memperhatikan alokasi anggaran belanja agar bisa tepat sasaran sebelum memutuskan untuk menjalankan program tersebut. Pemerintah harus menetapkan bentuk dan juga sasaran program dan di compare dengan sumber daya yang ada pada saat ini.
“Jadi segala rencana program harus dipersiapkan dan juga secara anggaran siap,” kata Satu Kahkonen.
Bank Dunia juga berharap, agar pemerintah mendatang bisa mematuhi batas atas defisit dari anggaran belanja yang sudah ditetapkan sebelumnya, yakni maksimal 3 persen mengacu pada produk domestik bruto (PDB). keberlangsungan dan dampak program makan siang gratis ini sangat bergantung pada rencana anggaran dan juga sumber pendapatannya.
“Tentu saja kami berharap Indonesia dapat mematuhi batas atas defisit fiskal yang ditetapkan, yaitu 3 persen terhadap PDB,” ujar Kahkonen.*