Rencana kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Vietnam sukses membuat kubu Amerika Serikat (AS) kebakaran jenggot. Pihak Paman Sam berdalih jika Rusia seharusnya tidak bisa bebas bepergian ke negara-negara lain pasca agresi militer yang dilakukannya ke Ukraina. Jika tetap dilakukan, AS menganggap jika negara lain membenarkan apa yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina.
Dilansir dari laman Reuters, kunjungan orang nomor 1 di Rusia ini dilakukan setelah Vietnam kedapatan tidak menghadiri pertemuan puncak deklarasi perdamaian Ukraina yang diadakan di Swiss pada akhir pekan lalu.
Sebagai gantinya, Hanoi justru memilih untuk mengirim Ha Kim Ngoc selaku Wakil Menteri Luar Negeri Vietnam, ke pertemuan rutin Perkumpulan Negara Brazil, Rusia, India, China, and South Africa (BRICS) yang diadakan di Rusia pada awal pekan lalu itu.
Putin sendiri direncanakan akan bertemu dengan Presiden Vietnam terpilih, To Lam, dan juga sejumlah pemimpin tinggi lainnya dalam kunjungannya ke Hanoi selama dua hari, yakni pada Rabu, 19 Juni 2024 dan Kamis, 20 Juni 2024 mendatang.
Reaksi Keras AS
Rencana kunjungan Putin ke Vietnam ini lantas berhasil membuat AS kebakaran jenggot. Belum lama ini pihak AS melontarkan reaksi keras atas rencana kunjungan yang akan dilakukan oleh Putin. Reaksi dari AS ini juga ditengarai lantaran mereka saat ini tengah berupaya untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan Vietnam. Mereka juga tengah mengupayakan agar AS menjadi mitra dagang utama Vietnam.
Juru bicara Kedutaan Besar AS di Hanoi mengungkapkan jika sebaiknya semua negara tidak boleh memberikan tempat kepada Putin yang dianggap tengah mempromosikan agresi militer yang dilakukannya. Mereka menganggap jika ini sama artinya dengan menormalisasi kekejaman pasukan ‘Beruang Merah’ pada perang Ukraina Rusia.
“Tidak ada negara yang boleh memberikan tempat kepada Putin untuk mempromosikan perang agresi (ke Ukraina). Jika dia bisa bepergian dengan bebas sama artinya dengan membiarkan (Rusia) menormalisasikan kekejamannya,” ujar juru bicara Kedubes AS di Hanoi.
Pada bulan Maret 2023 silam, International Criminal Court (ICC) telah mengeluarkan surat perintah untuk melakukan penangkapan terhadap Putin. Mereka berpendapat jika Putin bersalah dan harus bertanggung jawab atas dugaan kejahatan yang dilakukan dalam perang yang terjadi di Ukraina yang dimulai pada Februari 2022 silam.
Uni Eropa Kecewa
Sementara itu, Uni Eropa yang juga merupakan mitra ekonomi utama Vietnam lainnya justru tidak memberikan tanggapan resminya menjelang kunjungan Presiden Rusia ke Vietnam. Sebelumnya kubu Uni Eropa menyatakan ketidakpuasannya setelah Hanoi memutuskan untuk menunda pertemuan dengan perwakilannya. Mereka menuding jika penundaan ini lantaran Hanoi tengah mempersiapan kunjungan Putin.
Disisi lain, Kementerian Luar Negeri Vietnam hingga saat ini belum memberikan pernyataan untuk menanggapi keberatan pihak AS atas kunjungan Rusia ini.*