Bus pariwisata Trans Putra Fajar dengan nomor polisi AD 7524 OG yang membawa rombongan pelajar SMK LINGGA KENCANA mengalami kecelakaan pada hari Sabtu 11 Mei 2024 sekitar pukul 18.45 WIB dalam perjalanan pulang dari arah Bandung menuju Subang, tepatnya di jalan Raya kampung Palasari, kecamatan Ciater, kabupaten Subang.
Bus naas yang dikemudikan oleh Sadira itu adalah satu dari tiga bus pengangkut 100 orang pelajar SMK LINGGA KENCANA yang menggelar acara perpisahan di hotel Nalendra, Cihampelas, Bandung. Selesai acara, rombongan melanjutkan kegiatan dengan berpariwisata ke Tangkuban Parahu, lalu menepi sebentar di rest area sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Depok.
Berdasarkan kesaksian Sadira, di pertigaan Sariater, bus mengalami rem blong. Sadira berusaha membanting setir ke kanan mencari tiang listrik untuk menghentikan laju bus demi menghindari banyaknya korban. Secara tiba-tiba bus oleng ke kanan dan menabrak satu mobil Daihatsu Feroza dengan nomor polisi D 1455 VCD, halo terguling dengan posisi ban kiri di sebelah atas dan tergelincir hingga menghantam tiga sepeda motor yang terparkir di bahu jalan.
Sadira tidak menyangka bahwa korbannya ternyata sebanyak itu. Dari 59 penumpang, 11 dinyatakan meninggal dunia—termasuk seorang pengendara motor, 15 luka berat dan sisanya luka ringan. Sadira sendiri mengalami cedera sedang di bagian kepala, tangan dan kaki.
Adapun daftar nama korban meninggal dunia adalah sebagai berikut:
1. SUPRAYOGI, Jakarta 14 Juni 1961 (guru), Parung Bingung RT. 05/03, Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.
2. INTAN RAHMAWATI, Depok 04 Oktober 2005 (pelajar), Parung Bingung RT.01/10, Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat
3. RAKA, 21th (pengendara motor), Kp. Majasari RT. 07/03 Cibogo, Subang, Jawa Barat
4. DESI YULIANTI, Depok 31 Juli 2005 (pelajar), Rawadenok RT. 02/12 Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat
5. ROBIATUL ADAWIYAH, Depok 15 Februari 2005 (pelajar), Parung Bingung RT. 02/03 Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat
6. ADE NABILA ANGRAINI, Depok 13 Januari 2004 (pelajar), Jl. 3 Putra RT. 03/04, ds. Meruyung, Limo, Depok Jawa Barat
7. MAHESYA PUTRA, Depok 14 Mei 2005 (pelajar), Parung Bingung RT. 01/10, Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat
8. TIARA, 18th (pelajar), Grogol RT. 02/01, Grogol, Limo, Depok Jawa Barat
9. AHMAD FAUZI, 19th (pelajar), alamat belum jelas
10. INTAN FAUZIAH, 19th (pelajar), Parung Bingung RT. 07/13, Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.
11. DIMAS, 17th (pelajar), alamat belum jelas
Kesebelas korban jiwa dievakuasi dengan menggunakan 32 ambulans menuju RSUD Subang, sedangkan korban luka ringan dan berat dibawa ke puskesmas dan klinik terdekat, lalu dipindahkan lagi ke beberapa rumah sakit.
Dengan adanya peristiwa tersebut, ada banyak pihak yang saling tuding, siapa yang dianggap paling bertanggung jawab terhadap terjadinya kecelakaan maut itu. Memang kondisi bus pariwisata bermerek Hino bermesin depan dengan tipe AK1JRKA itu sudah terlalu tua yakni 17 tahun dan diklaim sudah tidak layak jalan serta belum melakukan uji KIR sejak 6 Juni 2023. Kondisi bus yang sudah tidak layak jalan juga dibenarkan oleh beberapa murid yang melihat langsung kru bus sedang memperbaiki rem saat sedang istirahat makan.
Kadishub Subang Asep Setia Permana menyebut bahwa kecelakaan bus diduga disebabkan oleh rem blong. Sementara itu pihak Kemenhub mengungkapkan bahwa pemilik PO bus harus menjadi tersangka dan bukan sopir, terkait dengan usia bus yang sudah lebih dari 15 tahun dan seharusnya sudah tidak digunakan lagi.
Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin bahkan sampai mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor: 64/PK.01/Kesra yang mengatur tentang pelaksanaan tur sekolah atau study tour sebagai antisipasi terulangnya kecelakaan maut bus pengangkut pelajar Depok di jalanan Ciater, Subang, Jawa Barat.
Dalam SE yang ditandatangani Minggu, 12 Mei 2024, sekolah diminta memperhatikan kondisi kendaraan yang bakal digunakan. SE itu juga memperketat izin kegiatan study tour yang dilaksanakan satuan pendidikan di wilayah masing-masing, salah satunya tidak dilakukan ke luar kota.
Bey menjelaskan permintaan itu sebagai antisipasi dalam memasuki masa kenaikan kelas dan akhir tahun pelajaran serta liburan sekolah, terdapat satuan pendidikan di Provinsi Jawa Barat yang melaksanakan study tour mulai dari jenjang prasekolah, pendidikan dasar hingga pendidikan menengah.
Netizen yang rata-rata merupakan orang tua murid pun banyak yang menyalahkan pihak sekolah dan menghimbau agar kegiatan study tour ditiadakan saja mengingat banyaknya anggaran biaya yang harus dikeluarkan, belum termasuk risiko kematian seperti yang terjadi pada siswa-siswi SMK Lingga Kencana, Depok.