Untuk mendukung program yang telah dicanangkan sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk mengirim kapal perang dan juga kapal selam nuklir ke wilayah Kuba. Rombongan kapal perang dan kapal selam nuklir milik Rusia itu dikabarkan sudah mendarat di perairan Kuba pada Kamis, 13 Juni 2024.
Nantinya, kapal perang dan kapal selam nuklir ini akan bergabung dengan armada Gorshkov bersama kapal perang Admiral Gorshkov, kapal selam nuklir Kazan, kapal rudal fregat presisi tinggi, kapal penyelamat, kapal tanker, dan kapal tunda. Armada Gorshkov sendiri saat ini sudah berada di perairan Kuba yang berbatasan dengan kawasan perairan Amerika Serikat (AS).
Latihan Perang
Keputusan Presiden Vladimir Putin untuk mengirimkan armada Gorshkov ini sendiri adalah bagian dari program latihan perang bersama militer Rusia dengan militer Kuba. Rencananya, lokasi yang akan digunakan untuk menggelar latihan perang bersama antara Rusia dengan Kuba ini akan dilaksanakan di sekitar Pulau Karibia dengan tenggang waktu selama lima hari.
Dilansir dari The Moscow Times, kapal perang dan kapal selam nuklir milik Rusia ini sudah bertolak dari perairan Rusia ke Kuba pada Rabu 12, Juni 2024. selain itu, Kementerian Pertahanan Rusia juga menyebutkan jika mereka telah melakukan pelatihan senjata rudal dengan presisi tinggi di Samudra Atlantik.
“Empat kapal Rusia berlayar ke Kuba pada hari Rabu setelah melakukan pelatihan senjata rudal presisi tinggi di Samudra Atlantik,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.
Program latihan perang bersama antara Rusia dan Kuba ini juga dibenarkan oleh pemerintahan Kuba. Latihan perang bersama ini sebagai tindak lanjut atas pertemuan antara Presiden Miguel Diaz Canel dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang terjadi pada bulan lalu. Pertemuan dua sosok penting ini membahas soal parade militer tahunan yang dilaksanakan di Lapangan Merah, Kremlin.
Sikap Gedung Putih
Sikap Rusia yang mengirimkan rombongan kapal perang dan kapal selam nuklir ke perairan Kuba ini tak lepas dari perhatian pemerintah AS. Salah satu pejabat AS mengungkapkan jika Gedung Putih tak ambil pusing dengan manuver yang dilakukan oleh Rusia. Mereka menganggap jika kegiatan ini bukanlah sebuah ancaman.
Ia menambahkan jika program ini bertujuan untuk memperlihatkan kekuatan militer Rusia kepada dunia. Kendati demikian, pihak AS tetap akan memantau latihan perang gabungan antara Rusia dengan Kuba tersebut.
“Ini tentang Rusia yang menunjukkan bahwa mereka masih mampu melakukan proyeksi kekuatan global pada tingkat tertentu,” ujar salah satu pejabat Gedung Putih.*