Imigran Rohingnya yang masih tersisa 27 orang dilaporkan melarikan diri dari kamp penampungan di Aceh Barat, tepatnya di Kompleks Kantor Bupati wilayah Aceh Barat, pada Sabtu (01/06). Hal itu dibenarkan oleh pihak Wilayatul Hisbah sekaligus Kepala Dinas Satuan Polisi Pamong Praja.
“Benar, seluruh imigran Rohingya yang ada di kamp penampungan kantor bupati sudah melarikan diri,” ujar Azim, Wilayatul Hisbah sekaligus Kepala Dinas Satuan Polisi Pamong Praja pada Sabtu (01/06).
Sebelumnya, diketahui ada 16 orang Imigran etnis Rohingya yang juga kabur dari kamp penampungan, pada hari Jumat (31/5).
Azim menambahkan karena 27 orang imigran etnis Rohingya yang tersisa tersebut melarikan diri, maka kini sudah tidak ada lagi imigran yang ada di Aceh Barat.
Ia juga melanjutkan puluhan Imigran Rohingya tersebut diperkirakan telah melarikan diri pada hari Sabtu, kurang lebih pada pukul 04.30 WIB ketika sedang hujan lebat, tepatnya pada saat petugas sedang tertidur.
“Jadi, imigran Rohingya diketahui kabur saat petugas akan melakukan pengecekan pada kamp pengungsian, sementara kamp ditemukan dalam kondisi sudah kosong,” tambah Azim.
Ia juga menambahkan bahwa kamp pengungsian tersebut hanya menyisakan beberapa pakaian milik dari para imigran Rohingya, adapun barang-barang lainnya sudah dibawa.
Azim juga mengungkapkan jika pihaknya sudah melaporkan hal ini ke pimpinan setempat.
UNHCR Lakukan Edukasi Agar Imigran Rohingya Tetap di Kamp Pengungsian
Sebelumnya diketahui, Komisariat Tinggi PBB (UNHCR) menyatakan untuk terus melakukan edukasi kepada para pengungsi imigran Rohingnya di Aceh agar tidak melakukan perjalanan ilegal kembali dari penampungan, lantaran hal tersebut berbahaya untuk mereka.
Ruvendiri Promoda Menikdiwela, selaku Assistant High Commisioner for Protection of UNHCR, Senin, menjelaskan larangan agar tidak melanjutkan perjalanan kembali ke negara lainnya kepada para pengungsi dengan tujuan untuk mencegah potensi perdagangan manusia.
“Kami terus melakukan himbauan agar mereka tidak berpindah ke negara lain, sebab perjalanan tersebut sangat berbahaya bagi imigran. Jadi, kamu selalu memberikan edukasi terus menerus kepada mereka, agar mereka tidak melakukan perjalanan ke tempat (negara) lain,” jelasnya di Banda Aceh.
Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa pihaknya mengetahui ada diantara pengungsi Rohingnya ini memiliki anggota keluarga di Malaysia. Jadi inilah yang membuat mereka melanjutkan perjalanan menuju negara tersebut.
“Banyak memang dari mereka (imigran Rohingya) yang memiliki anggota keluarga di negara Malaysia, sehingga mereka memiliki tujuan yang begitu kuat untuk menariknya ke sana. Karena itu, Kami menghimbau supaya tidak melanjutkan perjalanan tersebut,” ungkapnya.
UNHCR sendiri telah mencatat ada sebanyak 1.200 Imigran Rohignya yang telah tersebar di berbagai lokasi pengungsian sementara di Aceh.
Pihaknya juga ikut membantah terkait dugaan yang telah menyebutkan jika UNHCR ikut terlibat dalam aksi penyelundupan dan perdagangan manusia. Pihaknya bahkan sangat mendukung para upaya pemerintah melakukan tindakan jika ada warga Imigran Rohignya yang ikut terlibat kasus itu.
“Kami tidak ikut dalam aktivitas penyelundupan dan perdagangan manusia. Justru Kami mendukung pihak pemerintah agar segera menindak pihak yang terlibat dalam penyelundupan manusia,” tambahnya.
Ruven juga menjelaskan bahwa para pengungsi tersebut adalah kelompok yang tidak berbahaya.