Tak hanya suhu perpolitikan yang memanas akhir-akhir ini, namun Indonesia juga dilanda suhu panas yang melebihi rata-rata, yang mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan seperti sakit kepala, sakit tenggorokan, dan gatal-gatal yang menyebabkan kulit menjadi ruam kemerahan atau biasa disebut biang keringat .
Memasuki bulan Mei, isu gelombang panas mulai berputar seiring dengan suhu ekstrim yang hampir tidak bisa ditolerir oleh tubuh sehingga banyak orang yang mengeluh ketika berada di luar rumah, terlebih lagi setelah mengetahui bahwa gelombang panas atau gelombang panas sudah melanda berbagai negara di dunia.
Gelombang panas adalah periode cuaca dengan kenaikan suhu ekstrem hingga 5 derajat di atas suhu rata-rata dan dapat berlangsung hingga lima hari. Beberapa negara di dunia juga sudah mengalami serangan gelombang panas dengan suhu mencapai 45° Celcius. Menurut info BMKG, gelombang panas umumnya terjadi pada wilayah lintang menengah dan lintang tinggi di belahan bumi bagian utara dan selatan dengan wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan besar atau wilayah kontinental atau sub-kontinental.
Negara-negara di Asia yang sudah terdampak gelombang panas antara lain Bangladesh, Laos, Nepal, Vietnam, Thailand, India, dan Myanmar dengan suhu rata-rata 42° hingga 45° Celcius. Myanmar bahkan sempat tercatat mengalami peningkatan suhu hingga mencapai 48° Celcius.
Apakah Indonesia Heatwave?
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Untungnya, negara kita tidak terkena dampak gelombang panas. Mengutip laman kompas.com, cuaca ekstrem yang terjadi di Indonesia bukan disebabkan oleh gelombang panas. Pasalnya, suhu maksimum harian di Indonesia paling tinggi mencapai 37,2° Celcius.
Jika melihat kondisi di negara-negara yang terdampak gelombang panas, kita memang patut bersyukur karena masih bisa berjalan di luar rumah tanpa takut alas kaki kita meleleh terkena aspal panas dan masih bisa berkendara dengan nyaman tanpa takut ban kendaraan kita lengket dengan jalanan yang panasnya mampu mematangkan masakan.
Meskipun demikian, dengan suhu 37° Celcius, kita bisa merasakan panas yang setara dengan suhu 42° Celcius. Tak heran, kondisi ini menciptakan banyak perubahan perilaku dan kebiasaan masyarakat, mulai dari menyalakan AC atau kipas angin hingga 24 jam nonstop, mengonsumsi minuman dan makanan dingin atau beku, banyak berdiam diri di rumah di luar rumah, hingga banyak menggunakan jasa kurir untuk memenuhi kebutuhan. . setiap hari.
Cara Mengantisipasi Dampak Suhu Panas
Kita tidak tahu sampai kapan suhu ekstrem akan berlangsung. Tidak banyak yang dapat kita lakukan kecuali mengantisipasi dampak suhu panas serta menjaga kesehatan tubuh. Berikut beberapa tips untuk mengurangi dampak panas ekstrem:
1. Mengurangi aktivitas di luar rumah terutama di bawah sinar matahari langsung agar terhindar dari dehidrasi dan risiko penurunan kesehatan tubuh
2. Menggunakan tabir surya dan memakai pakaian yang menutupi pergelangan tangan dan kaki demi melindungi kulit dari sengatan matahari
3. Sebisa mungkin menggunakan topi atau pelindung kepala saat melakukan kegiatan di luar rumah
4. Minum lebih banyak udara agar tubuh tetap terhidrasi
5. Makan makanan sehat dan bergizi agar tubuh tidak mudah sakit
6. Mengonsumsi vitamin dan melengkapi persediaan obat-obatan yang biasa dikonsumsi saat diperlukan
7. Membersihkan tubuh secara rutin untuk mengurangi risiko gatal-gatal akibat debu dan panas yang bercampur dengan keringat
8. Melakukan kegiatan yang menyenangkan untuk menjaga mood agar tetap baik dan mengurangi tingkat stres akibat suhu yang terlalu panas
Semua itu bisa kita lakukan sebelum dampak cuaca ekstrem mulai mengancam perlindungan tubuh, sebab kabarnya tahun 2024 ini terasa lebih panas daripada cuaca ekstrem tahun lalu.