Bay Fauzi (46), mantan mandor tenaga kerja bongkar muat (TKBM) Pelabuhan Marunda mengeluhkan tentang kehidupannya kini. Pasalnya, setelah izin lingkungan Pelabuhan Marunda yang dikelola PT Karya Citra Nusantara (KCN) itu dicabut, Bay tidak memiliki pemasukan tetap.
"Sekarang buat dapat Rp 1 juta per bulan saja sulit banget rasanya. Apalagi, biaya hidup semakin berat. Saya masih punya dua anak yang jadi tanggungan biaya sekolah," kata Bay dikutip Kamis, 27 April 2023.
Ayah dari empat orang anak ini mengungkapkan, sewaktu masih bekerja sebagai mandor di Pelabuhan Marunda, penghasilan setiap bulannya bisa mencapai Rp 5 juta hingga Rp 6 juta.
"Sekarang mah boro-boro, bisa makan saja bersyukur. Mudah-mudahan pemerintah tidak tutup mata operasional pelabuhan KCN bisa normal lagi," tutur Bay.
Mantan buruh di Pelabuhan Marunda, Hasan Basri (27), juga merasakan hal yang sama seperti Bay Fauzi. Ayah satu anak yang berusia 4 bulan ini kini mengaku kesulitan untuk menyambung hidup.
"Pelabuhan ini tempat saya mengais rejeki. Mohon bisa diaktifkan kembali. Karena sekarang buat beli susu bayi saja sudah enggak sanggup," ungkap Hasan.
Untuk sementara waktu, Hasan dan mantan buruh yang lain memilih bekerja serabutan, salah satunya seperti ojek pangkalan.
"Pendapatannya ya enggak menentu, yang ada utang tambah banyak buat menutupi kebutuhan kehidupan. Paling pendapatan kerja serabutan sebulan hanya Rp 500.000 sampai Rp 600.000," ucap Hasan.
Sebelum ditutupkan kawasan pelabuhan yang dikelola PT KCN tersebut, Hasan mengaku memiliki penghasilan hingga Rp 5 juta setiap bulannya.