Sejauh ini, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi satu-satunya partai yang berkoalisi dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Koalisi ini pun terbentuk dengan nama Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).

Meski demikian, koalisi ini dianggap tidak akan menjadi kapal yang mampu mendorong langkah Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto untuk menjadi calon presiden (Capres). Meski ambisi Prabowo sangat kuat untuk maju ke Pemilu 2024 mendatang, ia tak akan mudah menerima Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar untuk menjadi cawapresnya.

Padahal, sebagaimana yang disampaikan oleh Pegiat Media Sosial, Saeful Zaman saat mengulas tulisan milik Pengamat Politik Tony Rasyid, PKB sengaja berkoalisi dengan Gerindra untuk menjadikan Muhaimin alias Cak Imin sebagai cawapres.

“Syarat yang sulit tentu untuk dipenuhi oleh Prabowo karena Cak Imin tidak mampu mendongkrak suara Prabowo,” ujar Saeful dikutip dari kanal YouTube-nya pada Senin (13/03/2023).

Sementara, Gerindra masih memerlukan suara untuk mencapai presidential threshold yang mengharuskan partai memiliki persentase 20 persen. Langkah lain yang bisa ditempuh Prabowo adalah dengan bergabung bersama partai selain PKB, tetapi sejauh ini tak ada tanda-tanda partai yang ingin berkoalisi dengan Prabowo.

“Partai lain belum ada yang minat. Tidak ada tanda-tanda partai lain mau Prabowo sejak Prabowo bergabung ke kabinet Jokowi,” kata Saeful.

Saeful sendiri menyinggung bergabungnya Prabowo ke dalam kabinet karena elektabilitas Prabowo dipercayai turun semenjak menjadi pihak yang sejalur dengan pemerintah. Padahal, Prabowo sendiri terkenal sebagai oposisi, sebagaimana yang terjadi pada Partai Gerindra.

“Tahun 2019 kenapa suara Prabowo tinggi? Karena Prabowo plus Gerindra adalah oposisi. Mereka yang tidak suka Jokowi, ya, larinya ke Prabowo karena hanya dua calon,” pungkasnya.