Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau The North Atlantic Treaty Organization (NATO), Jens Stoltenberg memperingatkan kota Bakhmut di Ukraina Timur mungkin jatuh ke tangan Rusia, Rabu (08/03/2023) dalam beberapa hari mendatang setelah berbulan-bulan dilanda pertempuran sengit.

Pernyataannya yang dikeluarkan tersebut menyusul ketika kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner -- yang telah memelopori serangan terhadap Bakhmut-- mengeklaim telah merebut tepi timur kota industri, yang hancur dalam pertempuran terpanjang sejak Moskow menginvasi Ukraina sejak satu tahun yang lalu.

Kepala Wagner dan sekutu Kremlin, Yevgeny Prigozhin, mengatakan di media sosial bahwa pasukannya telah merebut seluruh bagian timur Bakhmut, sebuah kota tambang garam dengan populasi 80.000 sebelum perang. Prigozhin memperkirakan antara 12.000 dan 20.000 tentara Ukraina masih mempertahankan kota tersebut.

Pertempuran sengit di sekitar Bakhmut telah menjadi yang terpanjang dan paling berdarah dalam invasi Rusia selama lebih dari setahun, dan telah menghancurkan sebagian besar wilayah Ukraina serta membuat jutaan orang mengungsi.

"Apa yang kita lihat adalah bahwa Rusia mengerahkan lebih banyak pasukan, lebih banyak pasukan dan apa yang kurang dalam kualitas yang mereka coba perbaiki secara kuantitas," kata Jens Stoltenberg di sela-sela pertemuan para menteri pertahanan Uni Eropa di Stockholm, dilansir AFP, Kamis (09/03/2023).

"Kami tidak dapat mengesampingkan bahwa Bakhmut pada akhirnya akan jatuh dalam beberapa hari mendatang," ujar Stoltenberg.

Namun, Stoltenberg menambahkan, hal ini tidak serta merta mencerminkan titik balik perang dan kemenangan Rusia secara keseluruhan. 

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan dalam sebuah wawancara dengan media International tentang apa yang bisa terjadi jika Bakhmut jatuh ke tangan pasukan Rusia.

"Kami memahami bahwa setelah Bakhmut, (pasukan Rusia) dapat melangkah lebih jauh dan menyerang kota-kota terdekat di wilayah Donetsk," kata Zelenskyy.

"Mereka bisa pergi ke Kramatorsk, mereka bisa pergi ke Sloviansk, itu akan menjadi jalan terbuka bagi Rusia setelah Bakhmut ke kota-kota lain di Ukraina, ke arah Donetsk," kata Zelenskyy dalam wawancara yang disiarkan Rabu (08/03/2023).

Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengatakan kepada para pejabat militer selama pertemuan yang disiarkan televisi pada Selasa bahwa mengambil kendali kota akan memungkinkan "operasi ofensif lebih lanjut" di timur Ukraina.

Zelensky mengatakan bahwa angkatan bersenjatanya memutuskan untuk tetap tinggal di Bakhmut.

"Tentu saja, kita harus memikirkan kehidupan militer kita. Tapi kita harus melakukan apapun yang kita bisa selagi kita mendapatkan senjata, perbekalan, dan tentara kita bersiap untuk serangan balasan."

Kota Kunci Ukraina 

Sebelumnya dilaporkan, Rusia mulai berhasil menguasai kota Bakhmut di wilayah Timur Ukraina. Hal ini disampaikan oleh kelompok paramiliter pro-Moskow, Wagner Group. Bakhmut akhir-akhir ini merupakan kota yang mengalami pertempuran paling sengit akhir-akhir ini. Baik Rusia dan Ukraina telah menderita banyak korban dalam perang memperebutkan kota itu.

Menurut pendiri dan kepala Wagner, Evgeny Prigozhin, pihaknya sudah mulai menguasai wilayah Timur Bakhmut. Kota ini, menurutnya, sangat penting bagi mobilisasi transportasi Ukraina.

"Unit PMC Wagner telah menduduki seluruh bagian timur Bakhmut. Segala sesuatu di sebelah timur Sungai Bakhmutka sepenuhnya berada di bawah kendali PMC Wagner," kata Prigozhin seperti dikutip dari layanan persnya di saluran Telegramnya yang dilaporkan TASS, Rabu (08/03/2023).

Sebelumnya, Ukraina sendiri telah melaporkan kemajuan pesat tentara Rusia. Penasihat Presiden Volodymyr Zelenksy, Alexander Rodnyansky, bahkan mengatakan Ukraina bisa 'mundur secara strategis' dari kota itu jika diperlukan.

Namun, menurutnya, mundur bukan berarti Rusia akan dapat maju dengan sangat cepat setelahnya. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan banyak opsi.

"Militer kami jelas akan mempertimbangkan semua opsi. Sejauh ini, mereka telah menguasai kota, tetapi, jika perlu, mereka akan mundur secara strategis - karena kami tidak akan mengorbankan semua orang kami hanya untuk apa-apa," katanya.

Bakhmut masuk dalam apa yang diklaim Rusia sebagai Republik Rakyat Donetsk (DPR). Moskow telah memasukkannya dalam kedaulatan Rusia dalam sebuah referendum beberapa bulan lalu.

Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri bertekad untuk membebaskan DPR serta tetangganya, Republik Rakyat Luhansk (LPR), dari kekuasaan Ukraina. Menurutnya, banyak kelompok ultranasionalis telah melakukan persekusi kepada etnis Rusia, yang mayoritas mendiami wilayah itu, sehingga pengambilalihan keduanya merupakan langkah yang perlu dilakukan.

Akan tetapi, menurut negara-negara barat, langkah ini merupakan sesuatu yang ilegal. Barat dan sekutunya juga aktif dalam memberikan bantuan persenjataan bagi Kyiv untuk menahan pengambilalihan yang dilakukan pasukan Rusia.