Ahli Kegempaan, Frank Hoogerbeets yang meramalkan Gempa Turki, kembali membuat ramalan terkait gempa yang mungkin melanda dunia sebentar lagi. Ramalan tersebut diungkapnya dalam video yang diunggah di Youtube. Di video yang dilihat redaksi, Kamis (02/03/2023), Hoogerbeets menyebut minggu pertama bulan Maret akan menjadi titik yang sangat kritis.
Hoogerbeets memprediksi, akan ada aktivitas seismik yang besar karena konvergensi geometri planet.
"Konvergensi geometri planet kritis sekitar 2 dan 5 Maret dapat mengakibatkan aktivitas seismik besar hingga sangat besar. Bahkan mungkin gempa dorong besar sekitar 3-4 Maret dan atau 6-7 Maret," kata Hoogerbeets dalam video itu.
Secara detail, Hoogerbeets mengklaim, kekuatan gempa yang diduga akan datang bisa lebih dari 8 skala Richter. Wilayah cakupannya pun membentang di Timur Benua Asia hingga Indonesia.
"Daerah yang terkena dampak dapat membentang ribuan kilometer, dari Semenanjung Kamchatka dan Kepulauan Kuril di Timur Jauh Rusia, sampai ke Filipina. Sulawesi, Halmahera, mungkin Laut Banda, Indonesia," ujar ilmuwan yang bekerja di Survei Geometrik Tata Surya (SSGEOS) itu.
"Saya tidak melebih-lebihkan. Saya tidak berusaha menciptakan ketakutan. Ini adalah peringatan," ujar dia.
Karenanya ia meminta semua pihak memiliki perencanaan. Ia mengatakan perencanaan yang matang bisa menyelamatkan banyak nyawa.
"Ketika tanah bergetar, kamu harus tahu apa yang dilakukan. Kalian harus keluar segera dari rumah dan bangunan. Itu akan menyelamatkan nyawa," jelas Hoogerbeets.
Sebenarnya, ramalan ini mendapat pertentangan dari Kepala Penelitian Geofisika cabang Kamchatka dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, Danila Chebrov. Ia bahkan menggambarkan prediksi Hoogerbeets sebagai sesuatu yang 'amatir'.
"Hubungan antara pergerakan planet di tata surya dan aktivitas seismik di Bumi cukup lemah, dan itu akan menimbulkan persoalan jika menggunakannya sebagai alat prognostik utama," jelas Chebrov, dikutip dari media B29 dan NPR.
Sebelumnya, Hoogerbeets menjadi viral setelah pada 3 Februari lalu memprediksi Gempa Turki dan Suriah, yang pada kenyataannya terjadi pada 6 Februari. Saat itu, ia mengatakan "cepat atau lambat gempa berkekuatan 7,5 akan terjadi di wilayah ini (Turki Tengah Selatan, Yordania, Suriah, Lebanon)".
Tiga hari kemudian, gempa berkekuatan M 7,8 melanda Turki dan Suriah. Bencana tersebut menyebabkan kematian lebih dari 50.000 orang, dan gempa susulan yang kuat berlanjut di wilayah tersebut hingga hari ini.
Tentang Frank Hoogerbeets
Ahli Kegempaan Asal Belanda yang Meramal Gempa di Turkiye dan Syria, Frank Hoogerbeets - Foto: ensonhaber
Sebagaimana dikutip Openskynews, Frank Hoogerbeets adalah peneliti dari Belanda yang bekerja di Solar System Geometry Survey (SSGS), lembaga penelitian yang bekerja memantau geometri antara benda langit dan bumi, kemudian menghubungkannya dengan aktivitas seismik.
Frank Hoogerbeets menjadi buah bibir setelah mentwit bahwa akan ada gempa besar melanda Turkiye hingga Lebanon 3 hari sebelum gempa 6 Februari 2023 lalu. Organisasi tempatnya bekerja juga mentwit mengenai gempa besar sebelum adanya gempa di Turkiye.
"Aktivitas seismik yang lebih besar dapat terjadi dari 4 hingga 6 Februari, kemungkinan besar hingga magnitudo menengah atau tinggi. Ada sedikit kemungkinan peristiwa seismik yang lebih besar sekitar 4 Februari," tulis akun @ssgeos pada 2 Februari 2023.
Banyak yang menganggap peringatan Frank sebagai pseudoscientist yang membuat prediksi tak berdasar sebelum gempa besar terjadi. Namun, setelah peristiwa gempa 7,7 M yang melanda Turkiye pada 6 Februari cuitan itu viral di berbagai tempat.
"Hati saya bersama semua orang yang terkena dampak gempa bumi besar di Turkiye Tengah. Seperti yang saya nyatakan sebelumnya, cepat atau lambat ini akan terjadi di wilayah ini, mirip dengan tahun 115 dan 526. Gempa bumi ini selalu didahului oleh geometri planet yang kritis, seperti yang kita alami pada 4-5 Februari," tulis Frank Hoogerbeets usai gempa Turkiye.
Kini, orang-orang memperdebatkan mengenai apakah gempa benar-benar bisa diprediksi atau tidak. Adapun Frank Hoogerbeets dan organisasinya mempercayai bahwa gempa bisa diprediksi sampai batas tertentu. Walaupun prediksi yang benar-benar akurat tidak mungkin dilakukan.
Gempa bumi belum bisa diprediksi Sejumlah peneliti lain banyak yang membantah prediksi Hoogerbeets dan menilai teori yang disampaikannya tidak bisa diterima. Dikutip dari Express, Ahli Geologi terkenal Bryan Gaensler menyebut, teori Hoogerbeets tak berguna.
"Cukup sederhana, penyelarasan planet tidak berdampak pada gempa bumi," kata dia memberikan tanggapannya.
Hal senada juga disampaikan oleh Penulis dan Geoscientist Roger Musson.
"Sebuah prediksi harus menyatakan waktu, tempat, dan besarnya. 'Cepat atau lambat' bukan merupakan waktu. Jadi dia tidak memprediksi gempa itu," kata Musson.
Adapun Survei Geologi AS (USGS) juga telah mengatakan bahwa gempa tak bisa diprediksi dan menyebut orang yang mengklaim bisa memprediksi gempa hanya membuat pernyataan palsu.
“Kami tidak tahu caranya, dan kami tidak berharap untuk mengetahui caranya kapan pun di masa mendatang. Ilmuwan USGS hanya dapat menghitung probabilitas bahwa gempa bumi yang signifikan akan terjadi di area tertentu dalam beberapa tahun," tulis USGS.