Komitmen Amerika Serikat (AS) dan negara-negara G7 lainnya untuk membantu mendorong transisi energi ramah lingkungan di Indonesia dibuktikan dengan program JETP (Just Energy Transition Parnership).
Dijelaskan oleh Duta Besar AS untuk Indonesia, Sung Y. Kim, JETP merupakan kemitraan jangka panjang penting yang dirancang untuk mendukung transisi energi di Indonesia.
Inisiasi ini diluncurkan oleh Presiden AS, Joe Biden bersama dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan para pemimpin lainnya, termasuk Presiden Joko Widodo selama pertemuan Partnership for Global Infrastructure and Investment di Bali pada 15 November lalu.
"Mengapa ini sangat penting? Singkatnya, JETP akan mengurangi biaya pendanaan Indonesia dan membuka potensi modal swasta dalam jumlah besar," jelas Dubes Kim dalam keterangannya yang diterima redaksi pada Kamis (08/12/2022).
Adapun JETP merupakan paket pembiayaan senilai 20 miliar dolar AS atau setara dengan Rp311 triliun. Dana ini akan digunakan untuk menonaktifkan proyek barubara, dan sebaliknya menghidupkan proyek energi terbarukan.
"Biaya pendanaan proyek infrastruktur di Indonesia cukup tinggi, yang membatasi pertumbuhan negara dan transisi ke teknologi hijau baru," ucap Dubes Kim.
Adapun program ini dibuat dalam bentuk pinjaman lunak, hibah, hingga pendanaan sektor swasta. Sehingga transisi energi diharapkan tidak menjadi beban fiskal negara.
Dengan adanya proyek-proyek yang diluncurkan oleh JETP, juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, terutama melindungi mata pencaharian masyarakat dan pekerja di sektor yang terkena dampak.
"Bersama-sama, kita mempercepat transisi Indonesia menuju ekonomi hijau yang modern. Energi terbarukan adalah masa depan. Investasi ini sangat penting dan tepat waktu, dan akan memiliki manfaat jangka panjang bagi seluruh rakyat Indonesia," pungkas Kim.