Memasuki kuartal III hingga 29 Juli 2022, Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing bersih keluar (net capital outflow) dari pasar keuangan Indonesia mencapai US$2,1 miliar.
Dengan asumsi kurs Rp15 ribu/US$, angka itu setara Rp31,5 triliun. Cukup gede kan. "Aliran modal asing ini keluar sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi," ungkap Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Wahyu Agung Nugroho dalam seminar virtual bertajuk Mengelola Inflasi dan Mengantisipasi Stagnasi Ekonomi, Kamis (4/8/2022).
Namun demikian, kata Wahyu, pada kuartal II-2022 terdapat aliran modal asing masuk bersih atau net inflow ke pasar keuangan Indonesia sebesar US$200 juta.
Dengan keadaan tersebut, Wahyu memperkirakan neraca transaksi modal dan finansial Indonesia akan tetap terjaga, khususnya didukung oleh aliran modal masuk dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA).
Selain neraca transaksi modal dan finansial, neraca transaksi berjalan juga diproyeksikan akan tetap terjaga, dengan perkiraan surplus pada kuartal II-2022 yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Peningkatan surplus neraca transaksi berjalan utamanya didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas, yang sejalan dengan masih tingginya harga komoditas.
"Total neraca perdagangan kita pada kuartal II-2022 diperkirakan mencapai USD15 miliar, cukup tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya," ujarnya.
Dengan perbaikan transaksi berjalan serta transaksi modal dan finansial, ia memperkirakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada keseluruhan 2022 akan tetap terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,3 persen sampai dengan defisit 0,5 persen produk domestik bruto (PDB).
Sementara itu, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2022 tercatat sebesar USD136,4 miliar, yang setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.